Karateka Jakarta Raih Emas di PON XXI, Suara Token Listrik Jadi Penyemangat
detaktangsel.comSPORT - Tangis haru bercampur bahagia terpancar dalam wajah Annisa Nur Anggraini. Karateka putri kebanggaan DKI Jakarta ini tampak bersuka cita usai merebut medali emas di Pekan Olahraga Nasional (PON) 2024.
Ketika lagu kebangsaan ‘Bagimu Negeri’ ciptaan Kusbini diperdengarkan di Gedung Serbaguna Universitas Negeri Medan, Rabu (18/9/2024) malam, air mata Annisa tak kuasa jatuh di pipi. Tepat saat berada di podium upacara penghormatan pemenang (UPP).
Lengkap dengan mengenakan jaket dan kostum kontingen, serta berpeluk bendera Jakarta, mata Annisa tampak berkaca-kaca. Medali emas dikalungkan dan boneka maskot Hatra serta piagam terpegang erat di kedua tangannya.
Dilansir RRI, Penasaran dengan gesturnya, RRI pun langsung menghampirinya. Dengan senyum merekah dan wajah suka cita, RRI langsung ucapkan selamat atas rengkuhan emas.
Penuh semangat, dirinya mengaku puas atas torehan emas perdananya di PON. Prestasi yang tak akan pernah dilupakan.
“Saya hanya fokus latihan sih, dan target saya bisa memberikan medali emas untuk DKI Jakarta. Tentunya emas ini untuk diri sendiri, keluarga, dan tim DKI Jakarta,” ucapnya sambil tersenyum simpul.
Pada PON 2024, dirinya menggantikan Maya Sheva, karateka nasional yang memilih pensiun usai pelaksanaan PON Papua. Diemban sebagai penerus Sheva, Annisa pun mampu membuktikan dengan medali emas di PON pertamanya.
“Sheva Maya adalah kakak senior saya. Dari kecil saya memang latihan bareng sama dia," katanya.
"Dan, dia menyatakan bahwa saya akan menggantikan posisi dia dengan gelar yang sama, harus juara PON. Kalau mau gantiin saya, minimal kamu harus juara PON."
"Makanya, saya harus berlatih lebih giat lagi. Ini supaya bisa cetak sejarah seperti Maya Sheva," kata anak kedua dari empat bersaudara ini.
Tak berselang lama, dirinya pun bercerita suka dan duka selama merintis menjadi karateka. Wanita dengan paras manis ini menekuni karate sejak 2012. Kala itu, dirinya kerap mengikuti kejuaraan provinsi dan nasional.
“Awal-awal saya yang ingin karate karena saya lihat seru banget pukul-pukulan. Lama-lama orang tua dukung dan selalu mendorong saya dan dibebaskan ikut bertanding,” ujar Annisa.
Lambat laun, kariernya terus meningkat. Support penuh dan dukungan orang tuanya juga menjadi penyemangat baginya.
Khususnya bagi ayahnya yang juga memiliki rutinitas sebagai pelatih karate. Hingga akhirnya, pada 2023, dirinya kaget saat dipanggil dalam pelatnas untuk berlaga di SEA Games 2023 Kamboja.
“Tentunya saya siap, sangat siap. Karena kebetulan 2023 saya bermain di SEA Games juga, tetapi, saya kalah," ujarnya.
"Itu menjadi acuan dan motivasi saya berlaga. Selain itu juga berlatih lebih keras untuk seleknas nanti,” katanya.
Di tengah perjuangan yang berbuah hasil, Annisa mulai bercerita pengorbanan yang ia rasakan selama berlatih. Salah satu pengorbanan terbesarnya, dirinya terpaksa menunda penyusunan skripsi.
Hal ini pula yang membuat atlet berusia 23 tahun itu memupus impiannya untuk lulus kuliah di 2024. Itu merupakan salah satu keputusan yang berat.
“Pengorbanan yang paling besar harusnya saya sudah lulus kuliah ya. Karena saya banyak dispensasi dan saya harus menunda kelulusan dan skripsi saya untuk karate ini," katanya.
"Harusnya tahun ini berbarengan dengan PON. Mimpi saya sebenarnya ingin sekali skripsi selesai, PON juga dapat medali emas, ternyata harus memilih salah satu,” ujar mahasiswi semester 9 Universitas Budi Luhur di Cileduk, Jakarta.
Di luar kepentingan pribadi, Annisa juga memendam sedikit curahan hatinya. Dia terlahir dari keluarga yang sederhana.
Memiliki dua adik dan satu abang, dan sang mama yang hanya berstatus ibu rumah tangga membuatnya harus mandiri sejak kecil. Sampai sekarangpun, ia bersama lima anggota keluarganya masih tinggal di sebuah rumah kontrakan di Jakarta.
Tidak banyak yang bisa dilakukan Annisa saat ini. Barangkali, wanita memiliki warna kulit kuning langsat ini berharap bisa membahagiakan keluarga kecilnya.
Dengan mata yang mulai berkaca-kaca, dirinya pun bertekad bisa membelikan rumah bagi keluarganya. Meski hanya rumah sederhana.
“Banyak sekali nazar saya. Salah satunya ingin membelikan orang tua saya rumah. Bapak saya pelatih karate juga, tapi mama saya ibu rumah tangga, dan bapak saya wirausaha juga jual beli mesin,” ujarnya.
Annisa pun mengaku, selalu terngiang tanggung jawab besar dalam dirinya. Kala, suara token listrik kontrakan sudah mulai berbunyi.
Tanda alarm mereka harus mengisi saldo agar tidak padam. “Setiap harinya, saya mendengar suara token listrik yang menjadi acuan saya untuk bahagiakan kedua orang tua saya untuk membeli rumah untuk kedua orang tua saya,” ucap Annisa.
Selama persiapan PON, latihan keras dan perjalanan panjang ia jalani bersama karateka lain. Mulai mengikuti program try out ke Jepang selama satu bulan dan juga ke Filipina.
Mental dan pengalaman itulah yang membuatnya sukses merebut emas. Waktu itu mengalahkan karateka tuan rumah Arnella Putri Wandari.
“Nothing to lose sih, soalnya aku udah pernah dua kali kalah sama dia di Kejurnas dan event try out kemarin. Saya gak mau harga diri saya dijatuhkan di rumah dia, saya ingin jatuhkan dia di rumahnya sendiri,” ujar atlet kelahiran 6 September 2001 ini.
Meski mengaku sempat deg-degan karena melawan atlet tuan rumah, tetapi doa dan motivasi dari pelatih dan orang terdekat membuat dirinya bisa melewati tekanan tersebut.
“Jujur, kata pelatih saya anggap aja itu dijadikan sebuah teriakan untuk diri kamu. Jadi, saya mikirnya itu teriakan buat diri saya gitu,” ucap Annisa.
Setelah lama bercerita, lantas ia segera menghampiri tim pelatih dan pengurus FORKI DKI Jakarta. Ternyata, dirinya mendapat bonus mentas senilai Rp15 juta dan itu tentu sangat berarti buat dirinya.