PILKADA TANGSEL MENABUR JANJI MENUAI ASA
detaktangsel.com PILKADA 2015 menjadi tantangan berat bagi parpol di daerah pasca Pemilu Legislatif dan Presiden tahun lalu. Apakah calon bupati/wakil bupati yang bakal diusung parpol adalah figur yang memang lahir dari partai atau seperti pilkada yang lalu, parpol tak lebih sebagai kendaraan sewaan. Sukses atau tidaknya kaderisasi di internal parpol akan dibuktikan pada Pilkada serentak Desember 2015. Dengan asumsi partai politik sebagai lembaga kaderisasi calon pemimpin politik seharusnya Pilkada serentak melahirkan pemimpin baru di Kota Tangsel.
Kota Tangsel memiliki motto "Cerdas, Modern dan Religious", sifat-sifat mulia yang menjadi tantangan dan harapan semua pihak. Berharap memiliki masa depan yang benderang mutlak membutuhkan rancang bangun yang baik meliputi, tahapan-tahapan terukur, setidaknya mengacu kepada konsep kehidupan yang ingin diwujudkan: cerdas-modern-religius.
Masa depan benderang dalam konteks "Cerdas" menyangkut dunia pendidikan dengan segala aspek keterkaitannya : infrastruktur fisik (bangunan sekolah, laboratorium, perpustakaan, dan semacamnya), perangkat lunaknya, rancang muatan kurikulumnya, system dan prosedur administrasi, serta kesejahteraan pegawai dan tenaga pendidiknya, termasuk standar mutu peserta didiknya.
Masa depan benderang dalam konteks "Modern" menyangkut banyak faktor kehidupan yang satu sama lain saling terkait, tak dapat dipungkiri bahwa pendidikan formal terstruktur dominan membentuk perilaku manusia.
Seseorang atau suatu kelompok masyarakat dapat dikatakan modern, umumnya manakala kelompok masyarakat bersangkutan memiliki tatakrama kehidupan "saling menghormati,beretika, dan berbudaya", jarang terjebak dalam konflik terbuka dan berkepanjangan.
Masa depan benderang dalam konteks "Religius" merupakan puncak kesempurnaan kehidupan, hampir dapat dipastikan manakala sekelompok orang atau mayoritas masyarakat sebuah wilayah sudah sampai pada fase kehidupan cerdas dan modern, maka sesungguhnya masyarakat tersebut dapat juga dikatakan sudah masuk pada fase religius.
Berdirinya Pemerintahan Kota Tangerang Selatan sejak 26 November 2009 telah menghiasi dinamika pemerintahan dan perpolitikan di Provinsi Banten, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), bahkan bagi dunia internasional. Tercatat dengan tinta emas prestasi diraih penyelenggaran pemerintahan hingga Tangsel menjadi tujuan studi banding dari banyak Pemerintahan Kota/Kabupaten di Indonesia, meskipun juga noda hitam mencoreng muka birokrat ketika Tangsel pun 'keseleo' dalam penyelenggaraan pemerintahan serta pertanggungjawaban keuangan daerah.
Kini, duet pemerintahan Airin Rachmi Diany - Benyamin Davnie tengah memasuki tahun keempat, yang menurut kebijakan umumnya sebagai tahun peningkatan pelayanan pemerintah kepada masyarakat menuju Millenium Development Goals (MDGs) 2016.
Meski banyak perbincangan dan terpaan kritik dan dukungan yang beragam, ternyata masyarakat kota tangerang selatan objektif menilai Kinerja Walikota Tangsel Airin Rachmi Diany. Namun perbincangan ini menjadi lebih menarik , dan justru menaikan Popularitas Airin Rachmi Diany. Masyarakat sekarang sudah pintar dengan berbagai Media dan informasi sudah dapat menilai mana yang benar dan salah semua kembali ke pada masyarakat sendiri .
Walikota Tangerang Selatan (Tangsel) Airin Rachmi Diany sebagai salah satu kandidat dari inkumben untuk kegiatan pemilihan kepala daerah (Pilkada) Walikota Tangsel tahun 2016 – 2021 berpeluang cukup besar untuk kembali memimpin kembali pemerintahan kota (Pemkot) Tangsel ke depan. Kinerja Airin memang luar biasa. Hanya dalam waktu kurang dari 5 tahun, Airin mampu merubah wajah Kota Tangsel menjadi kota modern yang ramah lingkungan dan ramah investasi. Di bahwa kendalinya, kini Tangsel melesat menjadi kota mandiri dengan pertumbuhan ekonomi 8,7%, jauh di atas pertumbuhan ekonomi nasional.
Seperti Airin Rachmi Diany dipastikan kembali berlaga, sebagai incumbent posisi Airin masih sangat kuat dan populer di mata masyarakat Kota Tangerang Selatan. Pasalnya, Walikota yang berpasangan dengan Benyamin Davnie ini diprediksi masih unggul dalam elektabilitas dan popularitas di mata masyarakat. Airin memang memiliki keunikan sendiri. Bahkan akhir Agustus kemarin, mantan Puteri Pariwisata Indonesia ini didapuk menjadi Ketua DPD Golkar Kota Tangsel. Secara aklamasi, kekuatan Airin pun makin bertambah. Tidak saja di Birokrasi, tapi merambah hingga legislatif
.
Sementara itu, antara prestasi dan kondisi karut-marut. Seakan menjadi gelombang di sepanjang jalan. Lalu, siapakah gerangan yang layak memimpin Tangsel periode 2016-2021? Apakah Airin dengan kecerdasannya, apakah Benyamin dengan segudang pengalamannya? Ataukan yang lainnya, seperti: Sholeh MT, Arsyid, dan Muhamad sebagai putra daerah? Ataukan ada figure dan sosok yang lain berminat yang akan menjadi kampium pilkada nanti?
Aturan sekarang untuk maju menjadi calon Walikota harus diusung minimal 10 kursi di DPRD, sudah jelas tidak ada satu partai pun yang bisa mengusung langsung calonnya pada Pilkada Kota Tangsel, makanya akan terjadi deal-deal politik nantinya.
Seperti diketahui posisi kursi partai di DPRD Tangsel, Golkar 9 kursi, PDIP 9 Kursi, Gerindra 7 Kursi, Hanura 6 Kursi, PKS 5 Kursi, PAN 3 kursi, Demokrat 3 kursi, kursi, PKB 3 Kursi, Nasdem 3 kursi, dan PPP 2 kursi.
Munculnya kandidat - kandidat bakal calon Walikota Tangsel, menambah hangatnya suasana politik dan makin terlihatnya peta kekuatan politisi di Kota Tangsel yang punya jargon Cerdas, Modern, dan Religius.
Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Kota Tangsel, melalui Drajat Sumarsono Komisi IV DPRD Kota Tangsel, PDIP Tangsel mendorong Bayu Murdani maju menjadi calon Walikota dalam Pilkada yang direncanakan Desember 2015. Pak Bayu (Ketua DPC PDIP Tangsel) di dorong, nama beliau sudah masuk dalam penjaringan internal PDIP.
Sementara Partai Gerindra yang memiliki 7 kursi di DPRD Kota Tangsel, masih malu-malu menyebutkan nama calon Walikota yang akan mereka usung dalam Pilkada nanti. Anggota Fraksi Partai Gerindra DPRD Kota Tangsel Ahadi mengaku belum ada nama masuk internal partai yang bakal menjadi calon walikota ataupun wakil walikota.
Namun berbeda halnya dengan partai Demokrat Tangsel, telah menyiapkan dua kader terbaiknya untuk maju pada pilkada Kota Tangsel yang akan digelar pada gelombang pertama Desember 2015 mendatang. Wakil Ketua Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Demorkat Kota Tangsel Arwan Simanjuntak, mengatakan dua nama kader internal democrat terbaiknya saat ini masih dalam proses penggodokan di internal partai, sehingga belum bisa dikatakan siapa calon nama dua kader tersebut.
Tidak menutupi akan munculnya "Kuda Hitam" muncul dalam bursa calon Walikota dan Wakil Walikota Tangsel pada Pilkada 2015. Salah satu yang tidak bisa diabaikan dalam Pilkada nanti kemungkinan majunya Benyamin Davnie sekarang Wakil Walikota.
Posisi Benyamin dapat menjadi "kuda hitam" dalam Pilwalkot nanti. Seandainya, paket Airin-Benyamin atau paket Benyamin-Muhammad maju atau Benyamin-Shaleh (Mantan Pjs Walikota Tangsel) maju, kekuatan ini tentu akan menjadi perhitungan dalam petarungan Pilkada Tangsel. Belum lagi tokoh-tokoh yang akan muncul di menit-menit terakhir. Semuanya akan semakin membuat peta pertarungan makin menarik. Masyarakat Kota Tangsel hanya berharap pesta rakyat yaitu Pilkada Kota Tangsel 2015, bisa berjalan Jujur, Aman, dan Damai.
Alasan memilih
Penjelasan tentang mengapa pemilih menggunakan hak pilih dalam proses pemilihan sering dikaitkan dengan motivasi. Hal ini didasari asumsinya bahwa setiap orang yang akan menggunakan hak memilih atau tidak menggunakan hak memilihnya selalu terkait pertimbangan tertentu. Pada proses ini, terdapat faktor pemicu atau pendorong, baik itu pemicu untuk memilih maupun sebaliknya, apalagi banyak kandidat yang menabur janji belaka....
Secara umum terdapat empat alasan pemilih menggunakan hak pilihnya.
Pertama adanya rasa ketertarikan dan kepuasan terhadap calon kandidat. Dalam hal ini pemilih melihat ada kandidat yang memberikan harapan perubahan. Harapan itu bisa muncul karena kuatnya daya tarik ketokohan kandidat, atau karena visi misi yang visioner dan realistis.
Kedua, jumlah kandidat yang banyak. Alasan ini muncul disebabkan pemilih memiliki banyak pilihan. Apalagi karena pemilih menjadi sangat antusias akibat tingginya intensitas kampanye dari seluruh kandidat. Di sisi lain semakin banyak kandidat juga semakin beragam latarbelakangnya. Latar belakang para kandidat tersebut akan mempengaruhi ikatan emosional para pemilih. Jika semua ikatan emosional pemilih terwakili, maka ikatan emosional ini akan menjadi daya tarik yang mempengaruhi partisipasi dalam proses pemilihan.
Ketiga, tayangan media yang menyajikan hal-hal positif dalam yang dilakukan partai politik. Jika media menyuguhi peristiwa negatif yang dapat diperoleh masyarakat dari proses pemilihan pemimpin politik –seperti konflik partai politik misalnya biasanya masyarakat tidak akan termotivasi untuk menggunakan hak pilihnya. Sebaliknya jika media menayangkan antusiasme partai politik untuk melakukan pembangunan, mengontrol kinerja aparatur pemerintah dan membuat kebijakan yang diharapkan masyarakat, maka masyarakat akan berusaha untuk hadir dalam proses pemilihan.
Keempat, keyakinan bahwa proses pemilihan pemimpin politik dianggap sama pentingnya dengan proses pengawasan. Keyakinan ini menjadi penting sebagai bukti bahwa masyarakat tidak apatis, atau tidak pesimis terhadap proses pemilihan pemimpin politik.Optimisme pada proses pemilihan juga akan meningkatkan kualitas pilihan masyarakat, sebab masyarakat menggunakan hak pilihnya karena kesadaran, bukan karena ikut-ikutan.
Penutup
Rasanya sudah saatnya, setiap pilkada di mana dan kapanpun lebih mengedepankan Pemilu yang aman, tanpa di akhiri dengan kisruh. Kalaupun ada masalah, maka salurkanlah melalui aturan UU yang telah berlaku. Para kandidat diharapkan dapat dan mampu meredam amarah sesaat para pendukungnya.
Nah, aman atau tidaknya Pemilukada, tergantung pada masyarakat dan kandidatnya. Disadari atau tidak, tujuan akhir dari sebuah perlagaan adalah diawali dengan yang baik, maka diharapkan peng-akhirannyapun dengan baik pula.
Demikian tatakrama dalam berbangsa dan bernegara. Pendek kata, sportivitas ini diperlukan dalam hal apa pun. Dalam berpolitik, dalam berkarir, berkarya, dan lain-lain. Tanpa sportivitas, maka akan terjadi sikut-sikutan. Karena sudah tidak ada teposaliro. Pemimpin kedepan butuh pemimpin yang menjunjung tinggi sportivitas, salah dibilang salah, benar dibilang benar, kalah menjunjung tinggi yang menang, dan yang menang merangkul yang kalah.
Kita berharap semua sebagai warga Tangerang Selatan khususnya, dan warga Banten pada umumnya, semoga pilkada Tangsel berjalan dengan aman dan lancar tanpa kendala apa pun.
Oleh : Budi Usman , Praktisi Pelayanan Publik