Bedah Tangsel Secara Jernih Dan Cerdas
detaktangsel.com- EDITORIAL, Pemeritah Kota Tangerang Selatan (Pemkot Tangsel) di bawah kepemimpinan Airin Rachmi Diany sangat dinamis dengan berbagai persoalan terkait pelaksanaan progam pembangunan. Di tengah semangat membangun penuh gelora, tiba-tiba terjadi human error.
Virus penyebab human error itu namanya APBD 2014. Sumber pendanaan berbagai penyelenggaraan pembangunan daerah ini tidak menentu kapan mencair. Praktis jaringan kerja berjalan di tempat, staganasi.
Airin Rachmi Diany dilantik sebagai Walikota Tangsel, 21 April 2011. Wanita kelahiran Banjar Patroman, Jabar, ini bak matahari bagi masyarakat daerah hasil pemekaran dari Kabupaten Tangerang. Harapan mengantar masyarakat memasuki era pembangunan manusia seutuhnya di masa mendatang.
Airin mengapresiasi dan mengakomodir legitimasi rakyat yang diberikan masyarakat ketika menyalurkan aspirasi politik lewat panggung pemilihan kepala daerah (pilkada). Mimpi indah menyelimuti rakyat Tangsel.
Perbaikan infrastruktur jalan termasuk satu program skala prioritas. Maklum kondisi jalan di Tangsel sangat buruk, banyak berlubang dan rusak parah. Kondisi jalan makin rusak berat menyusul terjadinya banjir akibat turun hujan tanpa mengenal waktu.
Berbarengan juga Airin menghadapi masalah yang seberat belum mencairnya APBD 2014. Bahkan lebih berat bila ditinjau dari sudut pandang kejiwaan.
Adanya permasalahan yang sedemikian rumit tentu Airin menanggung beban lumayan berat. Ini tantang, bukan cobaan bagi Airin untuk menjabarkan kebijakan yang prorakyat.
Siapa yang harus bertanggung jawab atas proses pembangunan di Tangsel berjalan di tempat? Banyak pihak pasti menuding Airin orangnya, Benarkah? Kita tidak bisa memberi jawaban ya atau tidak. Karena jawaban butuh argumentasi dan kajian yang sangat jernih, obyektif, dan cerdas. Tak ada embel-embel atau dibalut kepentingan politik.
Terkadang, kebanyakan pihak dalam menyoroti suatu isu selalu menggunakan kacamata kuda. Lurus tanpa alur dan logika yang semestinya. Justru hanya berdasarkan hitam-putih isu yang berkembang.
Maksud hati memeluk bulan, apa daya tangan tidak sampai. Itulah Airin ingin melaksanakan program prioritas yaitu pembangunan infrastruktur seperti pembangunan jalan, gedung sekolah, serta menanggulangi daerah yang terkena banjir. Namun, apa daya APBD belum cair. Lalu, tindakan Airin selanjutnya apa? Beginilah kondisi kebatinan Tangsel. Inilah kenyataan ril lapangan.
Belum jelas apakah perbaikan dan penataan termasuk sepanjang Jalan Serpong dan sepanjang Jalan Pondok Cabe Raya, perempatan Gaplek, dan wilayah lainnya di Tangsel.
Di depan Pamulang Square, kerap menjadi sumber kemacetan lalu lintas karena sambungan jalan beton belum rampung. Sedangkan di perempatan Gaplek, khusunya jalan dari kawasan Cinangka ke Ciputat dan Jalan Pondok Cabe Raya, jalan penuh lubang dan rusak parah.
Lama belum dibenahi serta sepetak jalan lama yang belum dibeton tepat di tengah ruas jalan.
Pekerjaan di sepanjang ruas jalan itu tanggung jawab pemerintah provinsi. Adapun yang digarap pemerintah kota setempat di antaranya adalah ruas Jalan Ciater yang juga sedang dilebarkan.
Konon besaran anggaran sebesar Rp 2,6 triliun. Sebagian dari anggaran ini akan dialokasikan untuk pembenahan infratruktur jalan tersebut.
Selama dua bulan terakhir, hampir tidak ada aktivitas pembangunan di Kota Tangerang Selatan. Proyek fisik mandek sepanjang Januari-Februari 2014.
Kondisi ini jelas tidak punya korelasi dengan penangkapan ubagus Chaeri Wardana alias Wawan, suami Airin, oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), beberapa bulan lalu.
Situsi ini lebih karena besaran APBD Tangsel 2014 belum disahkan dewan. Akibat kondisi ini berimbas pada aneka proyek pembangunan fisik kota tersebut.
Kembali ke pertanyaan semula, siapakah yang bersalah terkait kelambatan pelaksanaan berbagai pembangunan di Tangsel? Di sinilah sangat dibutuhkan logika berpikir secara jernih dan cerdas untuk menganalis serta mengkaji permasalahan Tangsel. (red)