Sawah dan Kebun di Tangsel Kian Terkikis
detaktangsel.comPAMULANG - Lahan persawahan dan perkebunan di Kota Tangerang Selatan (Tangsel) kian terkikis. Pemandangan hijau dan asri disulap menjadi komplek perumahan. Alhasil, produk ketahanan pangan lokal warga yang dipimpin Airin Rachmy Diany kian menipis.
Hal itu dilontarkan Penggiat Lingkungan Hidup Sugandhi. Dia mengutarakan, berpangku tangan nampaknya bukan solusi, akan tetapi meperbaiki kerusakan lingkungan harus dimulai dari hal terkecil. Seperti halnya melakukan penanaman pohon dilingkungan yang dihuninya.
"Kesadaran melakukan penghijauan bukan hanya tugas pemerintah, akan tetapi harus juga ada kesadaran probadi dari warganya sendiri," ungkapnya.
Pria kelahiran Gorontalo itu akhirnya membentuk komunitas untuk melakukan perbaikan lingkungan di kawasan Bambu Apus, Kecamatan Pamulang. Komunitas tersebut dinamakan Faradisa yang konsen terhadap perbaikan lingkungan.
"Kami coba dalam komunitas ini, beri solusi bagaimana menjaga lingkungan dan memperbaikinya," tambahnya.
Salah satu solusi yang ditawarkan oleh Sugandhi, warga diberikan reward atas sampah yang dikumpulkan. Reward tersebut berbentuk uang tunai. Setiap sampah ditimbang per kilogram sesuai dengan jenisnya. Saat ini, sudah ada sekurangnya 115 warga yang ambil bagian dalam program bank sampah yang diinisiasi oleh komunitas Faradisa ini.
Selain mengumpulkan sampah-sampah di kawasan Bambu Apus, lanjutnya, komunitas Faradisa ini juga menyebar ratusan tumbuhan profuktif untuk ditanam warga. Salah satunya, pohon cabai. Berbicara anggaran untuk pengadaan bibit cabai, lagi-lagi pria yang berprofesi sebagai pengusaha ini harus merogoh kocek yang lumayan dalam. Tiga bulan terakhir ini, sudah ada 500 bibit cabai yang diberikan. Termasuk pot dan pupuk disediakan kepada warga agar cabai tersebut tetap hidup.
Kegiatan penghijauan dan penanaman biji cabe di Bambu Apus, ternyata diapresiasi oleh Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan setempat. Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Tangerang Selatan Dadang Raharja mengatakan, program penghijauan yang dilakukan gerakan peduli lingkungan Yayasan Sabila Faradina perlu diterapkan di semua kelurahan karena kondisi pertanian di Kota Tangsel yang sudah kian menipis.
"Setiap tahunnya, fungsi lahan pertanian disini terus menerus berkurang seiring perkembangan zaman. Sawah-sawag sudah banyak berubah menjadi ruko, apartemen, dan sebagainya," kata Dadang.
Menurut Dadang, berdasarkan data tahun 2012, total luas sawah yang ada di Kota Tangsel tercatat ada 170 hektar. Jumlah tersebut terus berkurang sampai sekarang.
"Tahun 2103 lalu, luasnya tinggal 150 hektar. Tahun ini sangat mungkin akan kembali berkurang sekian hektar. Tak menutup kemungkinan lama-lama akan hilang sama sekali," kata Dadang.
Dengan adanya aktivitas penanaman tanaman pangan secara mandiri, kata Dadang, warga jadi lebih bisa mendapatkan bahan-bahan baku makanan tanpa harus bergantung pada hasil pertanian di Kota Tangsel. "Program ini harus digalakkan di tuju kecamatan Kota Tangsel," katanya.