Drone itu memiliki metode pembangunan yang terinspirasi dari tawon atau lebah.

Peneliti yakin objek penelitian mereka nantinya akan digunakan untuk membangun bangunan di lokasi yang sulit dijangkau atau berbahaya seperti gedung pencakar langit.

Dr Richard Ball salah satu peneliti memaparkan kalau drone menggunakan bahan semen untuk mencetak bangunan. Bahan itu dikembangkan para peneliti dari University Bath.

“Kami telah mengembangkan bahan mutakhir baru yang dioptimalkan dengan sifat unik yang diperlukan untuk pembuatan aditif udara, seperti viskositas rendah, ringan, dan pengaturan cepat,” kata Dr Richard Ball, salah satu peneliti melansir Metro via Indozone, Jumat (30/9/2022).

Drone tersebut dikenal sebagai Aerial Additive Manufacturing (Aerial-AM), tanpa awak, tapi dapat digerakan oleh manusia dengan pengontrol.

“Kami telah membuktikan bahwa drone dapat bekerja secara mandiri dan bersama-sama untuk membangun dan memperbaiki gedung, setidaknya di lab. Solusi kami dapat diskalakan, dan dapat membantu kami membangun dan memperbaiki gedung di daerah yang sulit dijangkau di masa depan,” kata Profesor Mirko Kovac, peneliti utama Departemen Aeronautika Imperial. (Aip)