Ponpes Bisa Jadi Alat Pemersatu Bangsa
PONDOK AREN- Sejak awal Pondok Pesantren (Ponpes) telah menunjukkan perannya secara nyata dalam proses pembentukan dan pembangunan bangsa, baik ketika masa penjajahan kolonial, menjelang kemerdekaan dan pasca kemerdekaan sampai sekarang.
Ponpes juga dapat menjadi alat pemersatu bangsa, Ketua Forum Silaturahmi Pondok Pesantren (FSPP) Kota Tangsel, Ustad Muslihudin, mengatakan bahwa peran ponpes sangat penting untuk lebih memantapkan pemahaman kebangsaan yang akhir-akhir ini semakin menipis di tengah masyarakat.
"Pemahaman kebangsaan yang menipis mengakibatkan terjadinya gerakan-gerakan yang mengancam kestabilan dan ketentraman kehidupan berbangsa dan bernegara", ungkapnya saat diskusi publik bertema Di Kalangan Pondok Pesantren, di Pondok Aren, Senin (23/12).
Dikatakan menipisnya peran ponpes diganyang oleh kebudayaan luar yang banyak diminati kaum muda. Lantaran, lebih kearah kesenangan atau hedonisme negatif.
"Hal ini yang membuat perpecahan atau konflik horizontal, Terjadinya tawuran merupakan bentuk tidak eratnya persatuan dan kesatuan antarwarga," katanya.
Dosen UIN Syarif Hidayatullah, Zaki Mubarok menuturkan pesantren saat ini memiliki peran penting dalam mengatasi kehidupan bebangsa dan bernegara yang penuh dengan budaya hedonisme atau bermewah-mewahan melalui pengembangan Empat Pilar Kebangsaan (Pancasila, UUD 1945, Bhineka Tunggal Ika dan Negara Kesatuan Republik Indonesia/NKRI).
"Ponpes juga bisa mengatasi kebobrokan moralitas bangsa, karena budaya tinggal dipesantren yang penuh kebersamaan dan kesederhanaan sesuai dengan empat pilar kebangsaan terutama dasar negara Pancasila yang mengajarkan sikap toleran terhadap sesama", terangnya.
Menurutnya jika sikap ini terus dikembangkan maka para santri akan mampu mempengaruhi etika sosial positif di masyarakat dan mendorong pengembangan wawasan kebangsaan.
"Dan tentunya adalah bagaimana memberikan para santri ini bisa memberikan teladan yang baik bagi masyarakat terhadap pelaksanaan empat pilar kebangsaan dimasyarakat", ucapnya.
Kata dia, santri juga diajarkan untuk amanah, sehingga jarang sekali ditemukan pesantren yang korup.
"Pendidikan anti korupsi juga harus dijadikan pelajaran di pesantren agar memberikan pengetahuan kepada santri tentang korupsi, karena para santri ini merupakan calon-calon pemimpin Bangsa. Islam juga mengajarkan tentang pemerintahan yang bersih, sehingga pembelajaran anti korupsi sangat sesuai diajarkan didalam dunia pesantren", jelasnya.
Pengamat Sosial, Alendra Alghifari mengatakan minimnya pembelajaran Pancasila di kalangan santri. Kurangnya pembelajaran tentang pancasila berakibat salahnya pemahaman tentang persatuan dan kesatuan. Sehingga kalangan ponpes mudah dipengaruhi oleh orang-orang yang ingin memecah belah Indonesia.
"Banyak mahasiswa luar negeri yang tertarik dan ingin belajar Pancasila, namun justru saat ini dikalangan santri masih kurang pembelajaran tentang Pancasila dan malah ada pihak-pihak yang ingin merubah Pancasila", terangnya.
Jika ingin memperbaiki bangsa, sambung Alendra maka laksanakan empat pilar kebangsaan khususnya dikalangan pesantren sebagai pendorong bagi elemen masyarakat lainnya.
"Pancasila yang dibentuk dan didasari oleh multirasial dan multireligi yang sesuai dengan budaya bangsa Indonesia", ucapnya. (def)