Leo Sihombing : Jadikan Olahraga Sebagai Sumber Devisa
detaktangsel.com SERPONG - Pekan Olahraga Kota (PORKOT) tingkat Kota Tangerang Selatan tahun 2016 hampir usai. Beberapa Cabang Olahraga (Cabor) bahkan sudah selesai diperlombakan/dipertandingkan di hari pertama dan kedua pelaksanaan PORKOT yang digelar selama enam hari.
Setelah sebelumnya cabang Muaythai selesai dipertandingkan dan Kecamatan Pondok Aren keluar sebagai Juara Umum, tadi malam di tempat yang sama Cabang Tinju pun selesai dilaksanakan di mall Teras Kota Stadium dengan baik dan lancar, Selasa malam (18/10/2016).
Ketua Pengurus Cabang (Pengcab) Persatuan Tinju Amatir (Pertina) Kota Tangsel Leo Sihombing, di lokasi acara menjelaskan, kegiatan PORKOT merupakan kegiatan yang sangat positif.
Menurut Leo Sihombing, nilai positif tersebut adalah akan muncul bibit-bibit baru petinju pemula, membimbing orang-orang muda/remaja supaya melakukan melakukan hal-hal yang positif.
"Ada wadah penyaluran kegiatan ke hal-hal positif. Kita tahu, bahwa saat ini bangsa Indonesia tengah dihadapkan pada bahaya narkoba yang luar biasa. Dengan adanya hal-hal yang positif begini, kita harap generasi muda kita, khususnya Tangsel dapat dijauhkan dari narkoba," ungkap Leo dengan penuh semangat.
Menurut Leo, karena ini PORKOT pertama yang dilaksanakan KONI, maka pihaknya berharap pertandingan tinju bisa dilaksanakan setiap tahun. Leo juga berpendapat, bahwa manusia itu hidup dan berhasil bukan hanya dari sektor pendidikan formal saja. "Orang tidak hanya sukses dari pendidikan saja, tetapi orang juga bisa sukses dari bidang olahraga," tegasnya.
Dalam keyakinan Leo tentang olahraga, bahwa setiap cabang olahraga memiliki nilai jual. "Tinggal bagaimana caranya agar olahraga itu menjadi sumber devisa. Misal, di negara Brasil, olahraga menjadi sumber devisa yang besar, karena SDM di cabang olahraga terjual mahal di Eropa. Jadi, pikirin kita jangan hanya terpusat pada persoalan perdagangan dan jasa di kawasan pusat bisnis. Tapi juga bagaimana devisa bisa dapat dari bidang olahraga," ungkap Leo penuh harap.
Leo mencontohkan, di cabang tinju, Indonesia pernah punya Eliyas Pical yang pernah berjaya, lalu ada juga Daud Pino Bahari dan Christ John. "Indonesia itu punya sumber daya manusia yang besar dan luar biasa di segala bidang, termasuk olahraga, tinggal bagaimana cara kita mengoptimalkan setiap potensi yang ada, termasuk di cabang tinju. Hal inilah yang sesungguhnya bisa digarap oleh negara, oleh pemerintah, dan pihak swasta," tegas Leo.
Untuk Tangsel khususnya, menurut Leo, Tangsel tidak punya industri, tidak punya pertanian, tetapi punya sumber daya manusia yang perlu dimaksimalkan.
Dalam hal pembinaan atlet tinju di Tangsel, Leo Sihombing menjelaskan, pihaknya memiliki pusat latihan atlet tinju yang siap melakukan pelatihan dan pembinaan di cabang olahraga tinju, sekaligus memberikan kesempatan memperoleh pendidikan formal tanpa harus memikirkan biaya sekolahnya.
"Kan banyak juga atlet binaan yang dalam kondisi keuangan dari keluarga kurang beruntung. Nah, dengan adanya ini (olahraga tinju) mereka sangat terbantu. Mungkin juga ada anak keluarga kurang mampu lainnya yang tidak ada penyaluran, dan Pengurus Cabang (Pengcab) Tinju di Tangsel siap menerima mereka. Kalau perlu semua ini disampaikan ke semua pihak di seluruh Tangsel," jelas Leo.
Sementara itu, dalam hal kebutuhan anggaran pelaksanaan, merurut Leo cukup memenuhi kebutuhan. "Kalau masalah biaya itu relatif yah, mau dikasih besar bisa aja kurang, dan bila dikasih kecil bisa juga dioptimalkan. Jadi, soal anggaran no problem, tidak ada masalah, bagaimana me-managenya saja," terangnya.(zal)