Penangkapan Akil, Kintil Koleksi Mewah Wawan
Jakarta- DI antara aksi luar biasa Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) pada minggu ini, tertangkapnya Tubagus Chaeri Wardana alias Wawan, berpotensi jadi kisah panjang. Apalagi, KPK ikut cekal Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah, kakak kandung Wawan, ke luar negeri demi kepentingan penyelidikan.
Penangkapan Wawan ini terkait dugaan suap terhadap Ketua Mahkamah Konstitusi Akil Mochtar pada sidang sengketa Pilkada Kabupaten Lebak. Pasangan Partai Golkar kalah. Tak senang, kasusnya digugat dan masuk ke Mahkamah Konstitusi. Lembaga ini kemudian memutuskan keharusan pemungutan suara ulang.
Wawan dikaitkan dengan kasus ini. KPK masih menyimpan perannya. Namun disebutkan, ada uang Rp 1 miliar yang diduga disiapkan untuk Akil, yang saat ini meringkuk di tahanan KPK.
Asal tahu saja, Ketua DPD Golkar Banten adalah Hikmat Tomet, suami Atut Chosiyah atau kakak ipar Wawan.
Tampaknya kasus Wawan, suami Walikota Tangerang Selatan Airin Rachmi Diany, tidak berhenti sampai di situ. Indikasinya bisa dilihat dari pencekalan Gubernur Atut dan temuan sementara berupa 11 mobil mewah di kediaman megah Wawan yang berdiri di kawasan mahal Jakarta, Mega Kuningan.
Garasi rumah mewah itu laksana gerai kendaraan mewah. Tinggal sebut saja. Ferrari, Bentley, Lamborghini, ada. Roll Royce juga tampak. Begitupun dengan Toyota Camry atau Land Cruiser. Semua bisa ditemui di sini. Tak terkecuali, motor gede Harley Davidson ikut terparkir di gerainya.
Tentu layak disebut sebagai kolektor mobil mewah. Jangan bingung bagaimana menggilir tunggangan mewah itu. Setidaknya, laiknya kolektor, ya dilihat-lihat, dielus-elus, atau ditunjukan kepada rekan sejawat sebagai bukti kelas dalam selera.
Pertanyaannya, dari mana semua koleksi ini?
Publik menyebut Wawan sebagai pengusaha. Tentu bukan usaha kecil atau menengah untuk bisa memiliki koleksi mobil mewah seperti itu, serta aset rumah megah di kawasan elit.
Semua ini akan menjadi pintu masuk KPK. Mengintil dan menelusuri koleksi serta aset Wawan, dari mana asal-muasalnya. Tentu termasuk sumber dana Rp 1 miliar yang diduga untuk suap itu.
Penelusuran ini akan menarik, mengingat wilayah Banten “dikuasai” oleh kerabat Wawan, yang kini jadi tersangka suap dan mendekam di tahanan KPK. Potensi kerja sama keluarga dalam proyek pemerintah daerah sangat mungkin terjadi.
Bayangkan, istri Wawan, Airin Diany adalah Walikota Tangerang Selatan. Kakaknya: Ratu Atut Chosiyah, Gubernur Provinsi Banten dan Ratu Tatu Chasanah, Wakil Bupati Kabupaten Serang. Ibu tirinya, Heryani, saat ini sebagai Wakil Bupati Pandeglang. Ada juga Tb Khaerul Zaman, kakak tirinya yang menjabat Wakil Walikota Serang.
Belum selesai jejaringnya. Di wilayah politik, Wawan punya banyak kerabat. Ada Hikmat Tomet (Kakak Ipar, Anggota DPR RI), Andika Hazrumy (Keponakan, Anggota DPD), Adde Rossi Khairunnisa (istri Andika, Wakil Ketua DPRD Serang), serta Aden Abdul Khaliq (adik ipar, tahun ini dicopot dari DPRD Banten karena ikut Pilkada Kabupaten Tangerang).
Apa hubungan semua ini dengan Wawan yang hartanya – berdasarkan laporan istrinya, Airin Diany, sebagai pejabat pemerintah – lebih dari Rp 100 miliar itu?
Jejaring birokrasi dan kekuasaan politik di Banten, bisa menjadi ruang penjelas tentang kekayaan Wawan. Dengan anggaran proyek di Banten - lebih dari sebagian pemerintahannya diisi kerabat – yang bernilai triliunan, potensi terjadinya “kerja sama” saling menguntungkan antarkerabat sangat mungkin terjadi.
Akhir bulan lalu misalnya, sejumput masyarakat sudah menyuarakan model kerja sama keluarga itu. PT Buwana Wardana Utama yang disinyalir milik Wawan, diprotes lantaran empat proyek Provinsi Banten yang dikerjakan tak beres.
Aksi mereka mengacu pada audit Badan Pemeriksa Keuangan yang muncul di pemberitaan bahwa ada potensi kerugian negara dari sejumlah proyek pemerintah daerah yang dikerjakan perusahaan tersebut. Proyeknya, dari irigasi hingga pengadaan alat kesehatan.
Karena itu, kemenangan konco menjadi penguasa, seperti lewat jalur pemilihan kepala daerah di Lebak, menjadi penting. Seperti itulah, satu di antara cara mafioso berbisnis seperti pada film legendaris “The Godfather”.
Investasi pada birokrasi dan politik melalui suntikan dana saat pemilihan kepala daerah, tentu bisa menjadi modus dalam berbisnis. Kalau perlu, suap mungkin saja dilakukan. Karena itu, menjadi sangat penting penelusuran kekayaan Wawan agar bisa masuk lebih dalam dan mengungkap lebih luas.
Mari tunggu babak selanjutnya dari KPK. Walau bukan tak mungkin juga, bisa-bisa Wawan malah bebas di pengadilan kelak.
Herry Gunawan, Pendiri Plasadana.com