Konglemerat, Komunikasi dan Dagelan Politik
detaktangsel.com - JAKARTA, Deretan daftar nama orang kaya merambah atau terjun ke panggung politik makin panjang. Eksistensi mereka lebih kuat dibandingkan sosok kader partai politik.
Ini sebagai bukti bahwa hubungan kental antara kepentingan para pelaku bisnis dan dunia politik secara nasional. Adalah upaya pematangan etos kapitalisme dalam upaya menciptakan keseimbangan dari segala tindak tanduk kepentingan individual para pelaku pasar.
Tentu keterlibatan orang-orang kaya di panggung politik tidak sekadar mencari popularitas pribadi. Selain menguntungkan partai politik dari segi pendanaan, terutama kampanye jelang pemilu. Juga lebih sangat orang kaya dalam mengeruk keuntungan pribadi untuk kepentingan bisnisnya.
Posisi tawar orang kaya tidak sekadar anggota, melainkan setingkat pimpinan partai. Bahkan ada yang dicalonkan sebagai pasangan calon presiden dari partai tersebut.
Ketika kaum kapitalis filantropis ini berkuasa mereka dengan seenaknya akan melakukan liberalisasi Badan Usaha Milik Negara, melakukan kebijakan impor beras, garam, sampai pada pelepasan berbagai subsidi penting rakyat.
Dalam kontek tidak tertutup kemungkinan kiprah politik kaum kapitalis itu cocok bila diberi tajuk ‘Komunikasi dan Dagelan Politik’. Secara gamblang apa yang dimaksud komunikasi yang sedang ngetren dilakukan elit partai politik menjelang Pemilu Presiden (Pilpres) 2014.
Benar adanya secara substansi bertujuan membuka wawasan atau cara berpikir serta mempengaruhi sikap dan tingkah laku khalayak yang menjadi target politik. Dalam melakukan hal ini, maka unsur substansi yang dipentingkan adalah adanya faktor filosofis dari komunikasi politik tersebut, yaitu penghargaan yang tinggi terhadap demokrasi dan dilakukan untuk kepentingan dan kesejahteraan rakyat.
Makna filosofis ini harusnya berjalan secara beriringan dan menyatu sebagai mindset bagi para aktor komunikasi politik.
Komunikasi politik tidak hanya sebatas bicara tentang kekuasaan semata.
Lalu, benarkah mereka melakukan komunikasi politik, ataukah sekadar berdialog hanya untuk meraih kekuasaan semata? Apa perbedaannya antara penegakan nilai-nilai demokrasi sebagai substansi utama dalam proses komunikasi politik?
Sebenarnya apa yang sedang terjadi tidak lepas dari kepentingan politik dagang sapi. Jika memang ini yang terjadi, maka itu bukan sebuah proses komunikasi politik yang memperhitungkan substansi dan nilai-nilai demokrasi.
Sangat disayangkan karena justru menggerus tataran nilai dari keilmuan komunikasi politik itu sendiri.
Sejumlah kapitalis tidak semata-mata berdialog. Karena, untuk membangun komunikasi politik dalam upaya menggalang kekuatan sangat diperlukan konstruksi yang kokoh.
Tak heran jika komunikasi kaum kapitalis terkesan berlangsung berlarut-larut. Maklum, ada beberapa klausul yang harus disepakati.
Komunikasi politik menjadi penting menyangkut dengan konstituen dan sistem ketatanegaraan. Apa yang dilakukan kapitalis-kapitalis dan kawan-kawan adalah langkah tetap. Makanya, memang ada kesan pertemuan antarelite partai politik itu seperti dagelan.
Segalanya perlu kita sikapi dengan pemikiran yang sehat, cerdas, jernih, dan obyektif. Jangan sampai kita berlarut-larut mengakui eksistensi kapitalis mempraktikkan politik dagang sapi. Sebaliknya kita mendorong mereka untuk mencapai kesepakatan dalam upaya menyejahterakan rakyat jika terpilih menjadi presiden melalui program pemerintahan. Salah satunya mereka mencari kesepakatan untuk menyamakan visi dan persepsi melalui berbagai pertemuan (baca: komunikasi) politik.
Hal ini sebagai langkah manju dalam membangun komunikasi politik di antara partai politik untuk menyikapi berbagai persoalan bangsa demi menciptakan perubahan yang signifikan. Oleh sebab itu, manuver yang belakangan aktif dilakukan elit partai semata-mata untuk membangun komunikasi politik. Pada akhirnya akan menjadi penentu dalam memberikan efek terhadap peta politik di Tanah Air.
Yang jelas, komunikasi politik itu selalu baik. Maka, bagaimana kita bisa membicarakan satu masalah kebangsaan bila tidak terjalin komunikasi. Bahkan, sangat bermanfaat untuk menyadarkan banyak pihak bila komunikasi politik itu sangat perlu. Dengan demikian, tantangan besar bangsa ini ke depan bisa dibicarakan bersama.
Begitu juga dalam pemerintahan baru hasil Pemilu 2014 harus terbangun komunikasi politik yang baik. Jangan berjalan sendiri-sendiri. Sehingga tercipta pemerintahan yang kuat dan mampu mengatasi persoalan bangsa.
Kita harus menilai bahwa komunikasi politik antarelit partai politik dalam arti luas. Dan, kita harus memaknai tidak sepotong-potong. Karena, apa yang dilakukan kalangan elite partai politik menjelang pilpres telah memberikan pencerahan dan pencerdasan terhadap rakyat. Ini bagian tidak terpisah dari proses pendidikan politik.
Inilah dinamika politik di negeri kita. Namun, kali ini lebih transparan ketimbang zaman rezim Orde Baru. Jadi tidak benar kalau komunikasi politik yang dibangun sejumlah partai adalah dagelan. Asumsi itu akan menyesatkan pikiran kita. (red)