" Saat kami mendatangi ke sekolah si A, kami melihat si A ini sudah merasa nyaman di sekolahnya, teman-temannya juga kembali seperti semula, menerima keadaan si A, juga mensuport nya untuk tetap sekolah di SMK itu," kata Lutfi saat di hubungi detakserang.com melalui telepon, kamis (27/03).

Lutfi menambahkan bahwa pihaknya melakukan sharing dengan kepala sekolah, untuk menemukan jalan yang terbaik agar mendapat perlindungan dan hak pendidikan terhadap A."kami menyarankan kepada pihak sekolah agar tidak menskorsing si A, apalagi misalkan di keluarkan dari sekolah itu, tidak jaminan juga si A akan nyaman dengan sekolah yang baru, karena si A ini merupakan korban, apabila si A di keluarkan maka dia akan menjadi korban kedua kalinya, tambah nya.

Lufti meminta pihak sekolah termasuk dinas pendidikan kabupaten serang perlu untuk mendengar pendapat si A, jangan di artikan kalau ini aib, jangan sampai ada stigma seperti ini dari dindik kabupaten serang.

" Tolong dengarkan suara anak, kalau si anak merasa nyaman di sekolah itu, dan secara psikologi mau memperbaiki apa yang kemarin di lakukan saya pikir ini perlu di suport agar tetap sekolah. itu di buktikan dengan surat pernyataan si A yang akan mengikuti tata tertib dan merubah perilaku yang lebih baik," tandasnya. (Alie)