Negeriku, Cintaku
detaktangsel.com- EDITORIAL, Berakhir sudah perjuangan pasangan calon presiden Prabowo-Hatta menggugat hasil Pemilihan Umum Presiden (Pilpres) 2014 melalui Mahkamah Konstitusi (MK). Lembaga peradilan ini menolak gugatan pasangan calon presiden (Capres) Prabowo-Hatta.
Keputusan MK otomatis memarnenkan pasangan Capres Jokowi-Kalla sebagai Presiden terpilih. Mau tidak mau kubu Prabowo-Hatta harus 'men-justifikasi' keputusan hukum tersebut. Karena, prinsip demokrasi tidak bisa lepas dari norma-norma konstitusi.
Sudahlah, pertarungan politik yang penuh 'duri' itu sebagai catatan bahwa proses demokrasi harus senapas dengan prinsip dan norma-norma konstitusi, UUD 1945. Catatan bahwa proses demokrasi pernah tercederai. Rakyat menjadi makin 'buta' politik sehingga tidak memaknai hakikat demokrasi.
Sudahlah masalah ini diakhiri saja. Rakyat diajak memandang masa depan dengan kecerdasan berpikir secara logika. Lalu, mengawal bagaimana Jokowi-Hatta menjalankan dan mengaplikasikan amanat penderitaan rakyat semesta.
Sebagai orang nomor satu di Nusantara, kebijakan pasangan Jokowi-Kalla beserta jajaran kabinet perlu diapresiasi secara cerdas, komperehensif, dan obyektif. Tidak bisa lagi rakyat (baca: pendukung Prabowo-Kalla) bersikap masa bodoh atau apriori terhadap Jokowi-Kalla dan permasalahannya.
Sudah saatnya, rakyat mendewasakan diri dan obyektif, memberikan penilaian. Tidak serta merta mementingkan diri sendiri, mementingkan kelompok, dan golongan. Namun, mendepankan kepentingan satu Indonesia, satu Nusantara, dan satu Ibu Pertiwi.
Selama ini, siapa pun sebagai Presiden, nilai-nilai persatuan dan kesatuan bangsa, nyaris sirna. Sebaliknya cenderung kental menonjolkan kepentingan prabadi, kelompok, maupun golongan. Kebanyakan pemimpin nasional dan elit politik cenderung mengemaskan bahasa sedemikian rupa. Sehinga kemasannya mampu membungkus kebohongan terhadap publik melalui suatu kebijakan.
Sudahlah, akhiri tipu muslihat, pembohongan publik, dan aksi 'pembiusan' terhadap ideologi Pancasila. Juga pendangkalan terhadap pengertian satu Indonesia, Nusantara, serta Ibu Pertiwi di bawah panji-panji Merah Putih.
Lelah dan terlelap sudah anak-anak Ibu Pertiwi akibat peredaran isu yang menyesatkan. Pada akhirnya antaranak bangsa cakar-cakaran karena kepentingannya terusik. Sehingga lalai memikirkan bagaimana mengentaskan anak-anak Ibu Pertiwi dari tidur panjang.
Tidak lama lagi, pasangan Jokowi-Hatta resmi menjadi Presiden RI. Rakyat menunggu kebijakan Presiden RI yang baru ini. Apakah kebijakannya mampu mendongkrak nasib anak-anak Ibu Pertiwi mewujudkan mimpi panjang, sejahtera!
Tentu, kita tidak bisa hanya menggantungkan ke Jokowi-Kalla beserta pembantunya di kabinet untuk mewujudkan mimpi sebagai rakyat sejahtera, adil, dan makmur. Karena, anak-anak Ibu Pertiwi harus bangkit dari kenestapaan.
Tidak akan suatu bangsa bangkit bila dukungan rakyat setengah hati. Semangat rakyat membangun negeriku, cintaku, harus dibangkitkan. Emosi rakyat harus dikemas sedemikian rupa agar satu Indonesia, Nusantara, Ibu Pertiwi, dan Merah Putih, menjadi satu kekuatan besar. Dengan demikian, bangsa dan negara ini bermatabat.
Revolusi mental perlu dan penting. Ini strategi menyongsong perubahan. Namun, lebih penting lagi, keberanian, kemauan, dan kemampuan dalam membangun jatidiri serta karakter sebagai bangsa besar.