Lestarikan Seni Tradisional Jawa, Warga Pondok Aren Gelar Wayang Kulit Semalam Suntuk
detaktangsel.com PONDOK AREN--Masyarakat Kota Tangerang Selatan (Tangsel) yang kini menjadi masyarakat multikultur seperti sekarang ini, memiliki beragam cara dalam memperingati HUT RI Ke 71. Seperti yang dilakukan warga Kampung Poncol di Kelurahan Pondok Betung, Kecamatan Pondok Aren.
Pantauan dilokasi, warga yang di dominasi pendatang asal Gunung Kidul, Jogjakarta, Jawa Tengah ini rutin menggelar budaya tradisional wayang kulit semalam suntuk pada setiap peringatan HUT RI. Tujuan digelarnya kegiatan tersebut, agar budaya tradisional yang sudah dilestarikan secara turun-temurun itu dapat di pertahankan oleh generasi yang akan datang.
Ketua penyelenggara, Sutardi mengungkapkan pertunjukan seni budaya tradisional dari Jawa Tengah seperti wayang kulit di Kota Tangsel, selama ini keberadaannya kalah bersaing dengan kebudayaan-kebudayaan yang ada di kota hasil pemekaran dari kabupaten ini.
"Kita ingin membangkitkan semangat mencintai seni budaya tradisional yang berasal dari jawa. Karena keberadaannya kalah bersaing dengan kesenian yang ada di Tangsel," katanya menjelaskan kepada wartawan, Sabtu (20/8/2016) pekan lalu.
Selama ini, diakui Sutardi, keberadaan seni tradisional wayang kulit, sangat kurang perhatian dari dinas yang membidangi masalah kebudayaan yang ada di Tangsel. Apalagi, di Tangsel terutama di Pondok Betung, 75 persen masyarakatnya berasal dari Jawa dan sudah puluhan tahun berdomisili di kawasan tersebut.
"Selama ini seni tradisional jawa, kurang perhatian dari dinas kebudayaan dan pariwisata Tangsel. Kita ingin mensejajarkan seni tradisional dari jawa supaya bisa berdiri sejajar dengan beragam budaya yang sudah ada di Tangsel," ucap pria yang aktif di paguyuban Ikatan Keluarga Gunung Kidul (IKG) ini.
Menurutnya, Kota Tangsel yang kini di isi oleh beragam suku memiliki beragam kebudayaan daerah yang berasal dari wilayah para warga pendatang tersebut. Jika itu di gali, lanjut dia, Tangsel semakin kaya dengan beragam budaya.
"Intinya kita ingin budaya-budaya yang dari jawa ini, bisa tampil di acara-acara yang di adakan oleh pemerintah daerah," ucapnya.
Sementara itu, Kepala Badan Pemberdayaan Masyarakat Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (BPMPPKB) Kota Tangsel, Apendi yang ikut menghasiri pertunjukan wayang kulit semalam suntuk yang berlangsung di RT 09/01 Pondok Betung ini mengaku sangat mengapresiasi pertunjukan budaya tradisional wayang kulit yang di selenggarakan oleh masyarakat Kelurahan Pondok Betung.
"Ini akan menambah wahana budaya yang sudah ada di kota Tangsel. Harus dilestarikan karena ini merupakan warisan leluhur kita," ungkap mantan camat Pondok Aren tersebut.
Minimnya perhatian yang dilakukan pemerintah daerah terhadap seni tradisional seperti wayang kulit, Apendi mengungkapkan bahwa para pelaku seni tradisional dari Jawa, nantinya bisa mengembangkan budaya kesenian tradisionalnya di Tangsel. Apalagi, Apendi bilang, pemkot saat ini tengah mengupayakan pembangunan gedung kesenian Tangsel.
"Di situ (Gedung kesenian-red) para pelaku seni bebas mengekspresikan budaya kesenian tradisionalnya. Dan itu sebagai upaya pemkot untuk melestarikan budaya yang ada di Tangsel," tandasnya.
Diketahui, pertunjukan seni budaya tradisional wayang kulit tersebut di bawakan oleh dalang kondang Wisnu Gito Gati asal Jogjakarta yang membawakan lakon perang Baladewa Senopati.