Minat Gen Z di Jakarta Menurun untuk Menjadi PNS, Perubahan Preferensi dan Gaya Hidup Jadi Alasan Utama
detaktangsel.com PENDIDIKAN - Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (KemenPAN-RB) telah mengumumkan jadwal pendaftaran Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) 2024 yang dibuka mulai tanggal 20 Agustus hingga 6 September 2024. Pengumuman ini biasanya menjadi kabar yang sangat dinanti oleh para pencari kerja di seluruh Indonesia, mengingat profesi sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) sering dianggap sebagai pekerjaan idaman oleh banyak orang. Namun, apakah anggapan ini masih relevan di era saat ini, terutama di kalangan generasi muda?
Fakta menunjukkan bahwa minat anak muda, khususnya Generasi Z (Gen Z), di Jakarta dan kota-kota besar lainnya untuk menjadi PNS mengalami penurunan signifikan. Beberapa faktor telah diidentifikasi sebagai penyebab utama dari perubahan ini, yang mencerminkan perubahan nilai, harapan, dan gaya hidup di kalangan Gen Z.
1. Perubahan Preferensi Kerja
Sebuah penelitian yang berjudul "Generational Differences in the Workplace: An Examination of Work Values and Generational Gaps in Public Service Motivation" oleh James L. Perry mengungkapkan bahwa ada perbedaan nilai kerja di antara generasi. Gen Z lebih cenderung mencari pekerjaan yang menawarkan fleksibilitas, peluang pengembangan diri, dan lingkungan kerja yang dinamis. Profesi sebagai PNS, yang sering dianggap stabil namun monoton dengan struktur yang kaku, mungkin kurang menarik bagi mereka.
Asyifa Rizki, seorang mahasiswa akhir dari LSPR Communication & Business Institute Jakarta, menyatakan bahwa ia tidak tertarik menjadi PNS karena kesan pekerjaan yang kaku dan kurang bisa berekspresi. "Gue lebih senang dan tertarik kerja di dunia entertainment sih, gak perlu pakai baju seragam juga," ujarnya kepada INDOZONE.
2. Pengaruh Teknologi dan Globalisasi
Gen Z tumbuh di era digital di mana teknologi memungkinkan mereka untuk mengakses peluang kerja global. Mereka tidak lagi merasa terbatas pada pekerjaan di lingkungan lokal atau nasional saja. Hal ini dibahas dalam jurnal "The Changing Career Aspirations of Young Adults in the 21st Century: The Role of Technology and Globalization" oleh Bimrose dan Jenny, yang mengeksplorasi bagaimana teknologi dan globalisasi memengaruhi pilihan karier generasi muda.
3. Nilai dan Gaya Hidup
Banyak Gen Z menilai bahwa keseimbangan antara kehidupan pribadi dan pekerjaan serta pengakuan atas kontribusi individu menjadi nilai penting. Pekerjaan di sektor swasta atau sebagai pekerja independen sering kali dianggap lebih mendukung nilai-nilai ini dibandingkan dengan karier di sektor publik, yang mungkin menuntut jam kerja yang panjang dan birokrasi yang ketat.
Amanda Latfah, seorang mahasiswa dari Universitas Budi Luhur Jakarta, mengungkapkan bahwa menjadi PNS tidak pernah ada dalam pikirannya karena menghindari rutinitas yang dibayangkan akan membosankan. "Selama ini di tongkrongan saya juga gak pernah tuh kita bahas mau jadi PNS kalau udah lulus nanti," ujarnya.
4. Pandangan terhadap Bekerja di Pemerintahan
Penelitian dari Universitas Indonesia berjudul “Tren Penurunan Minat Generasi Muda terhadap Pekerjaan di Sektor Publik di Indonesia” menunjukkan bahwa beberapa anak muda mungkin melihat sektor publik sebagai kurang inovatif atau lambat dalam merespons perubahan. Hal ini membuat mereka lebih tertarik pada sektor lain yang dianggap lebih dinamis dan menawarkan peluang untuk membuat dampak yang lebih besar.
Ghina Safitri, mahasiswa Universitas Budi Luhur, awalnya tertarik menjadi PNS karena dorongan orang tua. Namun, setelah mengetahui banyak perusahaan besar yang menawarkan gaji tinggi dan berbagai fasilitas, ia mulai mempertimbangkan untuk tidak menjadi PNS. "Kayaknya kalau gaji tinggi di perusahaan besar seperti TikTok atau Google menarik juga," ungkapnya.
Dari berbagai pandangan di atas, terlihat jelas bahwa minat Gen Z di Jakarta untuk menjadi PNS mengalami penurunan signifikan. Perubahan preferensi kerja, pengaruh teknologi dan globalisasi, serta nilai dan gaya hidup yang lebih mengutamakan keseimbangan antara kehidupan pribadi dan pekerjaan menjadi faktor utama. Selain itu, pandangan bahwa sektor publik kurang inovatif dan lambat beradaptasi dengan perubahan juga menjadi alasan mengapa banyak anak muda lebih tertarik pada karier di sektor swasta atau industri kreatif.