Kekuasaan dan Kebudayaan, Ibarat Dua Buah Mata Pisau

Kekuasaan dan Kebudayaan, Ibarat Dua Buah Mata Pisau

detaktangsel.com OPINI -- Jika kekuasaan tidak dapat membentuk sebuah budaya, maka sampai sekarang kita masih melihat para wanita dengan bangga mengenakan kebaya ketika keluar masuk mal dan pusat keramaian lainnya sebagai sebuah fashion dengan selera elegan. Para lelaki juga dengan bangganya bertelanjang dada berhias kalung dan gelang serta sarung yang menutupi sebagian pahanya. Beberapa kesenian daerah yang mengandung unsur-unsur kekerasan dan pornografi akan tetap eksis di tengah gempuran zaman.

Jika kekuasaan tidak dapat merubah kebudayaan, mengapa kita harus terus-menerus mengusulkan perlunya peraturan daerah, peraturan menteri, atau undang-undang tentang kebudayaan kepada pemerintah? Bukankah yang memiliki legitimasi atas semua itu adalah pemerintah, dalam hal ini adalah 'kekuasaan'?

Sebaliknya, jika kebudayaan tidak bisa membentuk kekuasaan, maka kita tidak akan menemui manuskrip dan literatur mengenai bangunan-bangunan peninggalan zaman kerajaan dengan simbol-simbol wilayahnya (Art Identity) sebagai kajian dalam berbagai naskah akademisi.

Jika kelanggengan sebuah kekuasaan tanpa ditopang oleh legitimasi kebudayaan, maka cepat atau lambat kekuasaan tersebut akan mudah diruntuhkan. Sebaliknya, jika kebudayaan tanpa ditopang oleh kekuasaan, maka lambat laun kebudayaan tersebut akan memudar dan terkikis oleh waktu.

 

Wallahu a'lam bishawab
Semoga manfaat
*HISTORIA Tangsel*
*Padepokan Roemah Boemi Pamoelang*
14 Juli 2023

Oleh: Agam Pamungkas Lubah

Go to top

Copyright © 2013  Detak Group. All rights reserved.

Support by pamulang online