RSU Kota Tangsel Jadi RS Rujukan Pasien TB MDR

Dokter RSU Kota Tangsel bersama Perwakilan Kementerian Kesehatan foto bersama usai mensurvei poli klinik TB-MDR. Dokter RSU Kota Tangsel bersama Perwakilan Kementerian Kesehatan foto bersama usai mensurvei poli klinik TB-MDR. rizki

detaktangsel.com Pamulang-RSU Kota Tangerang Selatan (Tangsel) menjadi rumah sakit rujukan untuk Penanganan penyakit tuberculosis (TB). Masyarakat Kota Tangsel maupun di luar Kota Tangsel bisa memanfaatkan fasilitas layanan tersebut di Poli Klinik TB-MDR (multi drug resistant) yang disediakan di RSU Tangsel atau tepatnya di samping masjid RSU setempat.

IMG 5948

Direktur RSU Kota Tangsel dr. Suhara Manulang M. Kes mengatakan, penyakit yang disebabkan oleh kuman mycobacterium tuberculosis tersebut sudah ada obatnya dan bisa diakses oleh semua penderita dengan cuma-cuma alias gratis di Puskesmas, rumah sakit dan fasilitas layanan kesehatan (Fayankes) lainnya.

Kunci kesembuhannya adalah disiplin minum obat dan bersedia menuntaskan program pengobatan sesuai petunjuk petugas kesehatan. Tetapi masalahnya, ada banyak penderita TB yang kurang disiplin minum obat dengan berbagai alasan, mulai dari alasan sudah lebih sehat hingga alasan tidak mau tersiksa lagi dengan jadwal minum obat. Mereka memutuskan berhenti minum obat meski jadwal minum obatnya belum tuntas. 

Kasus drop out (berhenti minum obat) tersebut menjadi masalah serius dalam hal penangan penyakit TB di dunia termasuk di Indonesia. Sebab sebagian dari pasien TB yang drop out tersebut diketahui telah menjadi penderita TB MDR. "Artinya, penderita TB sudah mengalami kekebalan terhadap pengobatan TB lini pertama dan harus mendapatkan pengobatan TB MDR yang jauh lebih mahal dan sulit," katanya.

Nah, untuk penanganan maksimal terhadap pasien TB MDR, RSU Kota Tangsel akan menerima bantuan hibah sarana dan prasarana penunjang dari Kementerian Kesehatan berupa peralatan laboratorium kekhususan.

"Saat ini Kemenkes tengah mensurvei di RSU Kota Tangsel. Kita harapkan adanya penambahan peralatan medis untuk penanganan TB MDR isa lebih maksimal," ujarnya.

Menurutnya, penangan TB-MDR merupakan program nasional dari kemenkes. Ini untuk mencegah makin bertambahnya kasus TB MDR, Kementerian Kesehatan merencanakan aksi nasional berupa programmatic management of drug resistant TB (PMDT). Rencana aksi tersebut pada menjabarkan analisis situasi, isu strategis, rumusan strategi, kegiatan, monitoring dan evaluasi upaya yang akan dilakukan Indonesia menghadapi tantangan TB MDR ke depan.

"Tujuannya adalah mencegah terjadinya kasus TB MDR yang bermutu dan melaksanakan manajemen kasus TB MDR secara terstandarisasi sesuai dengan pedoman nasional pelaksanaan PMDT dengan melibatkan partisipasi aktif dari pemangku kepentingan baik ditingkat pusat maupun daerah," jelasnya.

IMG 5959

 

Ditambahkan Kepala SMF Paru pada RSU Kota Tangsel dr. Dedi Nofizar, Sp.P, setiap harinya kurang dari 50 pasien TB yang mendatangani klinik TB-MDR. "Di klinik TB-MDR kita disiapkan dua dokter spesialis dan dua dokter umum," ujarnya.

Kata Dedi, penanganan pasien TB-MDR harus berkala dengan pemeriksaan dan pengobatan rutin. Hingga pasien sembuh total. "Salah satu pengobatannya dengan minum obat anti biotik dan pemeriksaan rutin terhadap pasien," tandasnya. (Advertorial)

Go to top

Copyright © 2013  Detak Group. All rights reserved.

Support by pamulang online