Wayang, Seni Pertunjukan Tradisional yang Tak Lekang Zaman
detaktangsel.com, Yogyakarta - Merujuk pada pendapat tokoh agama Frans Magnis Suseno, Sekretaris Daerah DIY, Beny Suharsono berpendapat, seni pertunjukan wayang masih sangat relevan dengan era sekarang. Pada Pagelaran Wayang Adat Suran di Pendopo Wiyatapraja, Jumat (11/08) malam, Beny mengatakan, setidaknya terdapat empat nilai yang tersirat dalam hakikat wayang.
"Pertama, wayang bernafaskan keleluasaan pandangan yang mengedepankan dialog dalam mencari solusi atas perbedaan. Nilai yang kedua, wayang bernafaskan toleransi terhadap pluralitas, di mana toleransi adalah sikap dan kemampuan psikis untuk menerima komunitas yang berbeda adat, kebiasaan, agama, tata krama, sopan santun, dan pola-pola komunikasinya, sebagai sesama manusia," ungkapnya.
Beny menuturkan, wayang pun seakan merupakan sekolah untuk belajar tentang keterbukaan, penerimaan dan penghormatan terhadap kualitas. Selanjutnya, nilai yang ketiga adalah yang dijunjung tinggi dalam wayang adalah kadar kemanusiaan dan bukan atas dasar asal usul. Setiap sosok dinilai menurut sikap-sikap kemanusiaannya.
"Nilai keempat, wayang bukan sederet ajaran teoritis. Wayang berbicara lewat contoh-contoh konkrit yang berbudi luhur maupun yang berbudi rendah karena wayang tidak moralistik, di mana wayang tidak menggurui. Wayang memperlihatkan dengan jelas kualitas internal, sikap-sikap positif dan negatif dari setiap sosok yang ditampilkan," paparnya.
Meski memiliki pesona sebagai budaya kuno dari Indonesia, sama seperti tradisi warisan lainnya, wayang sedang berjuang mempertahankan eksistensinya. Dan kunci eksistensi wayang terdapat pada loyalitas kaum tua, serta daya pikatnya pada kaum muda.
"Demikian pula dalam memikirkan aktualisasi wayang, sehingga senantiasa relevan dengan realitas zamannya. Keterlibatan orang-orang muda adalah niscaya. Untuk itu, atas nama Pemda DIY, saya secara khusus menyampaikan apresiasi kepada Paguyuban Dalang Muda Sukrakasih serta seluruh seniman pendukung karena setia mengambil peran nyata dan menjaga eksistensi serta relevansi wayang," imbuhnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Kebudayaan DIY, Dian Lakshmi Pratiwi mengatakan, sesuai dengan tradisi Jawa ketika memasuki bulan Sura, kesederhanaan dan mengutamakan keprihatinan adalah salah satu bagian dari tradisi masyarakat Jawa. Untuk itu, Pemda DIY melalui Dinas Kebudayaan DIY melakukan pergelaran sebagai salah satu bentuk media umbul dungo dalam perayaan bulan Sura pada penanggalan Jawa.
"Perayaan ini untuk memohon semua kesehatan, kelancaran, keberkahan dan memohon perlindungan untuk kita semua, serta masyarakat DIY pada umumnya. Pergelaran ini diharapkan juga bisa memberikan satu berkah atas rahmat Tuhan Yang Maha Esa, sehingga kita sebagai abdi negara selalu diberikan kelancaran, keamanan, keselamatan dalam menjalankan tugas memberikan pelayanan yang terbaik kepada masyarakat," imbuhnya.
Ditemui sebelum pergelaran, Dalang Ki Mas Lurah Cermo Kartiko menjelaskan, pergelaran wayang kali ini berjudul Narasunya. Diceritakan sosok satria yakni Baratasena atau Werkudara yang harus menjalani hidup dengan mengemban amanah menjadi bagian dari pemerintah. Alur cerita pun menggambarkan bagaimana Werkudara berupaya menjadi pemerintah yang baik bagi masyarakatnya, meski mengalami tantangan dan rintangan.
"Menjadi pemerintah tentu tidak mudah, bahkan seringkali dihadapkan pada situasi di mana terjadi peperangan antara apa yang harus dijalankan dengan batinnya. Namun, di sini kami juga ingin menunjukkan, seseorang dengan ilmu kebatinan yang tinggi pasti akan menjadi orang baik dengan melakukan hal-hal yang baik tanpa perlu diminta," paparnya.
Ki Mas Lurah juga mengungkapkan, dalam rangka perayaan tahun baru untuk penanggalan Jawa dan Islam ini juga timbul harapan keberkahan dari Tuhan Yang Maha Esa agar di setiap langkah pemerintah maupun warga masyarakat nanti bisa sinkron hingga mencapai manunggaling kawulo Gusti. Apalagi menjelang tahun 2024 nanti sebagai tahun politik.
"Menghadapi tahun 2024 nanti, untuk warga Yogyakarta khususnya, harapannya dalam kondisi yang aman. Pergelaran wayang ini juga sekaligus ingin membangun kesadaran bersama jika kita memiliki sebuah sistem kehidupan yang harus dijalani. Dan harapannya secara nasional, kita diberi kesadaran bahwa ini hanya sebuah sistem, jangan sampai memecah belah kita," imbuhnya.