Meraih Harapan di Ruang Carlo, RSSC Jakarta.

Meraih Harapan di Ruang Carlo, RSSC Jakarta.

detaktangsel.com JAKARTA—Ruang Carlo di Rumah Sakit St. Carolus (RSSC), Jalan Salemba Raya, Jakarta Pusat, pagi sekitar pukul 08,00 WIB itu masih terlihat sepi. Nampak pada pintu klinik yang berada di lantai dasar dari gedung berlantai sembilan tersebut, terpampang papan berwarna dasar hijau bertuliskan Ruang Carlo. Tak jauh dari ruangan tersebut, nampak seorang pemuda, sebut saja Imam (25) tengah memperhatikan seorang pemuda yang nampak ragu membuka pintu Ruang Carlo yang ada di rumah sakit tersebut.

Pemuda itu hanya menatap tulisan Ruang Carlo yang menempel di pintu tersebut. Tangannya nampak gemetar saat memegang pintu itu. Kemudian dengan perlahan, Imam yang belakangan terdiagnostik HIV ini, pagi itu datang untuk melakukan pemeriksaan rutin kesehatannya sekaligus untuk mencegah penularan kepada keluarga ataupun kepada kelompok lain yang dianggap beresiko terhadap penyebaran virus yang hingga kini belum ditemukan penawarnya ini.

Imam pun mendekati pemuda tersebut kemudian menyapanya. Imam berusaha meyakinkan diri jika pemuda yang sedari tadi berdiri di Ruang Carlo mau didampingi olehnya untuk masuk
keruang tersebut. Dibenak Imam, pemuda yang berdiri didepan Ruang Carlo tersebut telah mengingatkan dirinya saat pertama kali mengunjungi Ruang Carlo RSSC Jakarta. Dimana, Imam pada beberapa waktu lalu, juga mengalami hal sama yang dirasakan pemuda tersebut, sempat ragu-ragu untuk membuka pintu Ruang Carlo.

Kedatangan Imam yang berasal dari luar Jakarta ke RSSC tepatnya di Ruang Carlo tak lain untuk mengetahui kondisi kesehatannya. Apakah ia akan didiagnostik HIV. Ternyata, apa yang selama ini dipikirkannya benar adanya. Imam mendadak gelisah dan takut mengetahui penyakitnya, takut mengungkapkan kepada keluarga, takut apabila orangtuanya tidak menganggapnya sebagai anak dan takut merasa disingkirkan lantaran vonis dokter bahwa Imam terpapar virus HIV. Meski terpapar HIV, Imam berusaha mengalahkan ketakutannya.

Tekad ingin hidup sehatpun tertanam di diri pemuda tersebut. Salah satunya dengan menjalani pengobatan rutin di Ruang Carlo RSSC Jakarta. Dengan adanya dukungan dari dokter, perawat dan rekan-rekan yang bertugas di Ruang Carlo rumah sakit tersebut maka kegelisahan Imam akan adanya diskriminasi dari orangtuanya dan lingkungan sekitar kampung halamannya pun tidak terjadi.

Demikian sekilas cuplikan yang diambil dari webseries Kisah Carlo episode 09 berjudul Imam, Budiman & Suster Fransiska. Diketahui, Kisah Ruang Carlo terinspirasi dari kisah-kisah yang
dialami oleh seorang penderita HIV AIDS. Mulai pada saat orang tersebut terdiagnostik, proses pengobatan hingga meraih harapan tentang masa depan.

Kisah Carlo dibuat agar orang lain merasa peduli dan menghormati kehidupan sehingga dapat mengikis stigma dan diskriminasi masyarakat. Kisah Carlo juga dapat memberikan edukasi tentang penyakit HIV AIDS kepada masyarakat luas.

Pelayanan kesehatan bagi penderita HIV di Ruang Carlo Rumah Sakit tersebut berawal dari gerakan kesadaran para dokter, perawat dan pengurus rumah sakit tentang pentingnya pengobatan HIV yang terintegrasi dalam sistem dan kontrol pelayanan kesehatan. Apalagi, perkembangan kunjungan layanan bagi mereka yang terdiagnostik terkena HIV semakin meningkat. Menurut data yang didapatkan dari Ruang Carlo, saat ini kunjungan setiap bulannya mencapai 3000 orang.

Kunjungan tersebut menggambarkan prevalensi penderita yang semakin meningkat di RSSC. Prevalensi kunjungan di RSSC didukung oleh data yang dikeluarkan sesuai Keputusan Menteri Kesehatan (KepMenKes) RI Nomor HK.02.02/MenKes/52/2015 yang menyatakan terdapat kecenderungan peningkatan prevalensi kasus HIV pada penduduk usia produktif yakni 15-49 tahun. Pada awal tahun 2009 prevalensi kasus HIV pada penduduk usia 15-49 tahun hanya 0,16 persen dan meningkat menjadi 0,30 persen pada tahun 2011. Pada tahun 2012, jumlahnya kembali meningkat menjadi 0,32 persen dan hingga pada tahun 2013, kembali meningkat menjadi 0,43 persen.

Kebijakan program pemerintah dalam pencegahan dan pengendalian HIV AIDS saat ini mengacu pada program SDGs dan aturan-aturan yang terkait. Aturan yang terkait terdapat pada PerMenKes nomor 21 tahun 2013 tentang Penanggulangan HIV dan AIDS. Konteks dari pembuatan PerMenKes ini adalah adanya peningkatan kejadian HIV dan AIDS yang bervariasi mulai dari epidemi rendah, epidemi terkonsentrasi dan epidemi meluas.

Dengan melihatkecenderungan peningkatan HIV dan AIDS tersebut maka perlu dilakukan upaya penanggulangan HIV dan AIDS secara terpadu, menyeluruh dan berkualitas. Keberhasilan dari pelaksanaan Permenkes tersebut adalah dengan melibatkan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), perguruaan tinggi, organisasi profesi bidang kesehatan, instansi atau lembaga pemerintah serta mitra Pembangunan Internasional (International Development Partners).

Sedangkan sasaran yang diharapkan pada pengendalian HIV adalah pengguna napza suntik, Wanita Pekerja Seks (WPS) langsung maupun tidak langsung, pelanggan atau pasangan seks WPS, gay, waria, pelanggan atau pasangan Seks dengan sesama jenis dan warga binaan lembaga pemasyarakatan (Lapas) serta rumah tahanan (Rutan).

Pelaksanaan PerMenKes nomor 21 tahun 2013 tersebut, diperkuat dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor HK.02.02/MENKES/52/2015 tentang Rencana Strategi (Renstra) Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019 yang juga sesuai dengan goals ketiga SDGs yakni menjamin kehidupan yang sehat, mendorong kesejahteraan bagi semua orang di segala usia, mengakhiri epidemi AIDS dan penyakit menular lainnya.

Sedangkan sasaran pembangunan kesehatan pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2015-2019, bertujuan untuk meningkatkan pengendalian penyakit menular dan tidak menular, menurunkan prevalensi HIV 0,46 persen pada tahun 2014 menjadi 0,50 pada tahun 2019, dan persentase angka kasus HIV yang diobati sebesar 55 persen.

Perkembangan pelayanan yang ada di Ruang Carlo pada RSSC tersebut, adalah bagian pelayanan dari pemerintah dengan melibatkan peran serta dari rumah sakit swasta maupun masyarakat. Kegiatan layanan HIV di RSSC mendapat dukungan dari pemerintah dalam bentuk pelatihan, pemeriksaan screnning HIV, bahan habis pakai, alat kesehatan dan obat obatan. Dalam mendukung peningkatan akses pelayanan kesehatan, RSSC Jakarta bekerja sama dengan masyarakat yang peduli dengan generasi muda yang terdeteksi penyakit menular, menyelenggarakan pelayanan kesehatan dan konsultasi khusus bagi para penderita HIV/AIDS.

Pelayanan kesehatan tersebut semakin berkembang sejak tahun 2009. Dengan adanya keterlibatan RSSC dalam pengendalian HIV dan AIDS melalui pelayanan di Ruang Carlo. Diharapkan penderita HIV dan keluarganya akan mendapatkan kesempatan meraih harapan dalam meningkatkan kehidupan yang lebih berkualitas.

(Penulis adalah Mahasiswa Magister Keperawatan Peminatan Kepemimpinan dan Manajemen STIK Sint Carolus)

Go to top

Copyright © 2013  Detak Group. All rights reserved.

Support by pamulang online