KLH Nyerah, Tertibkan Villa di Puncak

ilustrasi ilustrasi

BOGOR-Tak juga menemukan solusi, Kementrian Lingkungan Hidup (KLH), "menyerah" (kesulitan,red) melakukan penertiban vila dan bangunan liar di kawasan puncak yang masuk dalam zona satu hutan lindung dan di zona dua yang merupakan lahan konservasi.

Hal tersebut dikarenakan pemilik vila dan bangunan liar yang tanpa IMB tersebut sebagain besar milik orang berpengaruh.

"Kesulitan yang dihadapi oleh KLH sama seperti pemkab Bogor  yang selalu gagal untuk menertibkan vila dan bangunan liar tersebut karena pemiliknya adalah orang yang berpengaruh (pejabat dan Jenderal,red)," ujar Menteri Lingkungan Hidup Balthasar Kambuaya, saat menggelar Bhakti Sosial Perayaan Hari Natal di Kampung Cijulang Asri, Desa Cipayung, Kecamatan Megamednung, KabupatenBogor, kemarin.

Pihaknya hingga saat ini masih mempermasalahkan dan mempertanyakan siapa yang memberikan izin IMB terhadap ratusan vila dan bangunan liar yang marak dan berdiri diatas lahan serapan dan hutan lindung.

"Semua perizinan vila dan bangunan itu kan dikeluarkan oleh Pemerintah Kabupaten Bogor, namun disatu sisi mereka juga menyatakan jika bangunan itu tidak berizin," keluhnya.

Untuk itu, dalam membahas permasalahan tersebut harus ada koordinasi lagi antara Kementrian Lingkungan Hidup, Kementrian Kehutanan, Kementrian PU dan Pemerintah Kabupaten Bogor untuk membahas penanganan kawasan puncak yang menjadi kawasan hulu untuk wilayah Jabodetabek.

Karena berdasarkan survei dan kajian KLH, kata dia, permasalahan dikawasan puncak yakni terletak pada banyaknya daerah resapan air yang tertutup karena maraknya pembangunan villa liar. Sementara untuk Daerah Aliran Sungai (DAS) Ciliwung, puncak sebagai kawasan hulu masih bagus dan tidak ada masalah.

"Namun kerusakan paling parah itu terjadi di daerah hilir yakni Jakarta sendiri, hal tersebut karena banyaknya rumah warga yang menyebabkan kwalitas air jelek dan tercemar yang disebabkan karena limbah domestik yakni limbah rumah tangga.

Hal tersebut bukan hanya mengakibatkan kwalitas air jelek dan bersedimen. Tumpukan sampah yang merusak ekosistem sungai juga bisa mengakibatkan Jakarta banjir.

"Makanya dalam kegiatan Bhakti Sosial ini, kami mengambil tema Peringatan Natal untuk Penyelamatan Ciliwung," kata Balhasar yang juga merangkap sebagai Ketua umum Panitia Natal Nasional.

Menurut dia, kegiatan ini juga bertepatan dengan Hari Ciliwung yang jatuh pada 11 November. Disini ia ingin mengajak masyarakat untuk peduli Ciliwung dari hulu dan hilir, untuk menyelamatkan Ciliwung salah satunya yakni dengan melakukan penanaman bambu disepanjang DAS Ciliwung.

"Sungai Ciliwung merupakan satu Dari 13 sungai prioritas nasional, karena berdasarkan data kerusakan ekosistem sungai ini merupakan salah satu sungai mengalami penurunan tutupan hutan dan turunnya status mutu air menjadi tercemar sari ringan hingga berat," kata dia.

Saat ini,jelasnya, dari tahun ke tahun kondisi sungai Ciliwung sudah jauh berubah dan memperihatinkan, sehingga kwalitas airnya pun semakin tidak sehat, banyak sampah, serta keruh. "Jadi semua air hujan tidak ada lagi kesempatan untuk meresap ke tanah, ini yang mengakibatkan banjir Jakarta," kata dia.

Sementara itu, Duta Lingkungan Hidup Nugi mengatakan, permasalahan banjir Jakarta dan lingkungan hidup itu tidak bisa diselesaikan oleh satu pihak atau satu kementrian saja melainkan harus melibatkan sejumalah kementrian untuk membahas dan menyelasikan hal tersebut.

"Semua harus dilibatkan dan berkoordinasi untuk menanganinya. Jangan hanya buruknya aja yang dikedepankan tapi kita juga harus melihat kesuksesan dalam penganan hal tersebut, sehingga masyarakat lebih peduli," tandasnya. (rul)

Go to top

Copyright © 2013  Detak Group. All rights reserved.

Support by pamulang online